Senin, 07 Desember 2009

Gempita Reuni Genesis Freak


BISA dipastikan tidak seorangpun fans berat Genesis berdiam diri seusai mendengar lagu Supper's Ready yang dibawakan secara life. Gemuruh tepuk tangan, suitan melengking, serta celoteh kekaguman mengalir deras dan spontan.

Maklumlah, Supper's Ready memang karya master piece band legendaris asal Inggris ini di album Foxtrot (1972). Apalagi Cockpit, band asal Jakarta yang 28 tahun terakhir konsisten hanya memainkan lagu-lagu Genesis membawakannya begitu apik.

Cockpit yang digawangi Oding Nasution (gitar), Raidy Noor (bas), Yaya Moektio (drum), Krisna (kibor), dan Ari Safriadi (vocal), memang tampil prima di hadapan 400-an penonton dalam Konser The Grand Parade of Genesis, di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Kamis (3/12) malam.

"Pertama nonton konser Cockpit waktu saya SMP, lagu Supper's Ready dengan durasi 24 menit ini yang bikin saya terkesan. Kepingin banget saya bawain lagu ini bersama Cockpit meski harus menghapal teks lagu yang panjangnya sampai 16 lembar," ungkap Ari Safriadi yang benar-benar berhasil mewujudkan obsesi masa remajanya.

The Grand Parade of Genesis yang digelar Balai Pertemuan Sangkuriang dan D&H Enterprise, memang bukan seperti konser kebanyakan. Koordinator D&H Enterprise, Ibrahim Ali Ludin sengaja menata ruang konser agar para personel Cockpit bisa berada sangat dekat dengan Genesis Freak (sebutan penggemar fanatik Genesis) dari seputaran Bandung, Jakarta, Bogor, dan Sukabumi.

Pergelaran berdurasi sekitar lima jam ini dibuka penampilan Paperlate, band dari Bandung yang juga memainkan lagu-lagu Genesis. Sedangkan Cockpit memainkan 17 lagu Genesis era 70-80an.

Kebanyakan penonton bahkan hapal betul musik, lirik, serta ada di album apa lagu-lagu tersebut ada. "Saking berkesannya, saya dan teman-teman bangga banget bisa main lagu Genesis di panggung 17 Agustusan," ungkap Andi Yudha, seorang penonton.

Di antara lagu yang dimainkan Cockpit dalam konser ini yaitu, Behind The Line, Dodo, Throwing It All Away, Home By The Sea, It's Gonna Get Better, Duke's Travel, Firth Of Fifth, serta lagu Lamb Lies Down In Broadway di vokalis Genesis, Peter Gabriel, terakhir andil sebelum memutuskan hengkang.

Gitaris Cockpit, Oding Nasution mengungkap di era 70-80an, Genesis memberi banyak pengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Tidak sedikit musisi tanah air menjadikan musik-musik Genesis sebagai acuan.

"Kitapun awalnya sebatas senang main lagu-lagu Genesis waktu latihan. Lama-lama makin asyik, serius, dan keterusan. Buat saya musik-musik Genesis itu bener-bener indah. Meski cuma empat atau lima personel, mereka bisa buat komposisi lagu-lagu seperti konsep orkestra," jelas Oding Nasution.

Sepanjang Cockpit tampil, penonton begitu apresiatif terhadap aksi panggung Yaya Moektio yang begitu garang di balik perangkat drum. Energi pemilik tubuh atletis ini seperti tak pernah habis buat menggebuk drum.

Permainan Krisna pun tak kalah ekspresif dibanding personel Cockpit lainnya. Ketika bermain solo, seperti pada lagu Home By The Sea dan Duke's Travel, ratusan penonton langsung mengacungkan dua ibu jari tangan ke arah pemain kibor Cockpit ini. (ricky reynald yulman)


Bandung Paling Unik
PARA personel Cockpit ternyata punya kesan mendalam terhadap Genesis Freak Bandung. Selain paling banyak dan tidak pernah absen tiap kali Cockpit manggung, fans berat Genesis di Bandung juga punya beberapa karakter unik.

Oding Nasution menjelaskan Cockpit sudah sejak tahun 80-an bermain di beberapa tempat di Kota Bandung. Di antaranya di GOR Saparua, dan 2-3 tahun terakhir pernah bermain Fame Station, dan Score!.

"Ada sekelompok alumni ITB yang selalu ada tiap kali kita main. Padahal mereka sudah pernah mengikuti rangkaian tur Genesis di Italia. Eh, ternyata balik-balik lagi nonton konser kita," ujar Oding sambil tersenyum.

Sementara Raidy Noor mengakui betul loyalitas Genesis Freak Bandung. Satu kali di tahun 80-an Cockpit pernah manggung di GOR Saparua dengan penonton mencapai puluhan ribuan orang.

"Penontonnya pada nggak mau bubar. Padahal kita terus tambah lagu sampe jam setengah dua. Akhirnya panitia terpaksa matiin lampu. Baru deh, penonton pada bubar," kenang basis Cockpit ini.

Berbagai keunikan tersebut ternyata tak luput pengamatan Yudi Gumilar, Operation Manager Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang. Apalagi di tahun 70-80an Bumi Sangkuriang terkenal sebagai tempat nongkrong komunitas musisi dan penggemar classic rock.

"Pengelola Bumi Sangkuriang betul-betul ingin mengembalikan kejayaan seperti masa-masa itu. Konser Cockpit hanya salah satu program. Di sini juga sudah ada komunitas jazz, blues, yang bisa diapresiasi bersama-sama," terang Yudi. (ricky reynald yulman)



Personel Awal Cockpit Band :
Yaya Muktio (drum), Oding Nasution (gitar), Freddie Tamaela (vokal), Roni Harahap (kibor), dan Harry Minggoes (bas)

Tidak ada komentar: