Pane menulis,
Tepat jam 21.35, Cockpit tampil dengan lagu pembuka 'Behind The Lines'. Ini memang sudah dilakukan oleh Cockpit sebagai lagu pembuka sejak tahun 80an. Cockpit mampu menghadirkan kembali spirit Genesis. Disusul dengan lagu kedua yang berjudul Abacab, sebuah lagu berirama 'beat' saat Phil Collins menjadi vokalis Genesis. Di sesi pertengahan, 'Supper's Ready' juga dihadirkan, lagu ini merupakan masterpieces dari album keempat Genesis yang berjudul 'Foxtrot' (1972). Lagu ini mampu menyeret penonton untuk bernostagia dalam nuansa progressive rock, yang merupakan warna musik Genesis. Tembang 'Supper's Ready' aslinya berdurasi 24 menit, tapi malam itu dibawakan oleh Cockpit dengan durasi sekitar 18 menit. Lagu ini sanggup membuat penonton takjub dan terkesima terhadap komposisi lagu ini. Berpanjang-panjang namun tidak membosankan dan membuat kita seakan melayang-layang. Permainan drummer Yaya Moektio dan gitaris Oding Nasution, yang sudah tidak muda lagi, mampu mengimbangi permainan keyboardis Krisna yang masih muda dan bertenaga. Kepiawaian Cockpit makin tampak saat mereka membawakan lagu ' Dancing With The Moonlight Knight' yang diambil dari album 'Selling Englad By The Pound' (1973). Oding Nasution mampu menginterpretasi permainan gitar Genesis Steve Hackett yang sering memainkan teknik gitar tapping.
Tak mau ketinggalan dengan para seniornya dalam unjuk kebolehan, dalam lagu 'Firfh Of Fifth', Krisna bermain all out dan nyaris sama, utuh tanpa cacat seakan saat itu yang bermain adalah keyboardis Genesis, Tony Bank. Krisna menggantikan posisi yang biasanya diisi oleh Ronni Harahap, dan kebetulan Ronni Harahap sedang sakit.
Raidy Noor yang memainkan bass sangat piawai dalam menyeimbangkan musikalitas Cockpit, sesekali juga memainkan gitar dengan gaya yang khas, tidak pernah pindah dari tempat dia bermain. Satu hal kekurangan Raidy adalah tidak ada stage act dan tidak pernah senyum, tapi kalau sudah 'membetot' bass..walah.... tidak ada yang nandingin...
Sang vokalis, Ari Safriadi, mempunyai warna vokal yang lebih condong ke Peter Gabriel ketimbang alm. Freddy Tamaella yang lebih mirip ke Phil Collins. Ari Safriadi mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berolah vokal. Ini tampak jelas, saat membawakan lagu 'Musical Box' yang diambil dari album ' Nursery Crime' (1973). Warna Peter Gabriel jelas tampak, dan Ari Safriadi mampu membawakannya dengan irama progressive rock. Lebih heboh lagi, saat Cockpit mengumandangkan lagu 'In The Cage' yang diambil dari album 'The Lamb Lies Down On Broadway' (1974), membuat para penonton lebih bergema dan memberikan 'applaus' yang berlebih. Tembang ini menceritakan tentang pengalaman seorang imigran asal Puerto Rico yang bernama Real di Amerika Serikat, dan irama progressive rock sangat kental sekali dan didominasi gitar, keyboard dan drum. Lagu ini berdurasi sekitar 10 menit.
Ternyata, penonton yang datang sangat variatif dan banyak juga yang berasal dari luar kota Bandung, antara lain dari Jakarta, Sukabumi, Lombok, Palembang, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Pergelaran ini bertajuk 'The Grand Parade Of Genesis'.
Personil Cockpit :
- Vokal : Ari Safriadi
- Gitar : Oding Nasution
- Bass : Raidy Noor
- Drum : Yaya Moektio
- Keyboard : Krisna
Berikut lagu-lagu yang dimainkan oleh Cockpit :
1. Behind The Lines
2. Abacab
3. Land Of Confussion
4. Cul De Sac
5. Dodo
6. In The Cage
7. Throwing All The Way
8. Supper's Ready (lagu edan banget... 18 menit euy...)
9. Home By The Sea
10. It's Gonna Get Better
11. The Lamb Lies Down On Broadway
12. Firfh Of Fifth
13. Dancing With The Moonlight Knight'
14. Musical Box
15. Cinema Show
Pergelaran nan nuansamatik ini berakhir pada pukul 00.10 dan kelihatannya penonton tidak percaya bahwa show sudah berakhir, dan enggan beranjak dari tempat duduknya tapi MC mengatakan bahwa ini benar-benar sudah berakhir, seakan tersadar, penontonpun dengan tertib meninggalkan venue dengan rasa puas tentunya.
rgrds,
pane
2,5 Jam Cockpit Puaskan Penggila Genesis Bandung
Andri Haryanto - detikBandung
Bandung - 28 tahun, bukan sebentar kelompok musik Cockpit membawakan karya kelompok Genesis di setiap aksi panggungnya. Kamis (3/12/2009) malam di Bumi Sangkuriang, kembali Cokpit membikin Genesis Mania "menggila".
Dalam 2,5 jam Cockpit menghibur penikmat musik art rock Bandung dalam "The Grand Parade of Genesis". Tampil maksimal, kelompok musik yang digawangi Oding Nasution (Lead Guitar), Raidy Noor (Bass), Yaya Moektio (Drum), Krisna (Keyboard), dan Ari Safriadi (Lead Vocal), berhasil mengajak penonton mengingat masa keemasan musisi art rock asal Britania Raya, Genesis, di era 70an.
Enam belas lagu disajikan kepada 200 penonton yang memadati ruang Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih. Hentakan double pedal Yaya dalam komposisi Behind the Line membuka pertunjukan yang mayoritas disesaki ABG (Angkatan Babeh Gue). Meski demikian, tak sedikit muda-mudi yang hadir dalam pertunjukan yang digelar oleh Bumi Sangkuriang dan D&H enterprise tersebut.
Tak ayal, repertoar lagu yang disajikan acak, membuat tensi penonton naik turun dalam menikmati karya Peter Gabriel, Tony Banks, Mike Rutherford, Anthony Phillips dan Chris Stewart.
Cul De Sac yang dirangkum dalam album Duke pada tahun 1980 rupanya mampu menurunkan suasana ruangan yang sebelumnya hingar bingar dengan sajian Abacab dan Land of Confusion. Interaksi penonton terlihat ketika penonton turut menyanyikan lirik lagu tersebut.
"Far below, where shadows fester as they grow, An army thousands strong, obsessed by right and wrong, They sense their time is coming near. So they turn towards the light from their region of the night, Marching on and on, They near the air, it won't be long," petikan lirik Cul De Sac.
Kebersamaan dalam mengiringi Cockpit juga terlihat saat In the Cage diperdengarkan. Supper's Ready, yang disebut Ari sebagai masterpiece Genesis, tak luput dalampertunjukan tersebut. Lagu berdurasi 24 menit dengan 6 lembar lirik dimainkan apik poleh masing-masing personel.
Dalam Catatan biografi Genesis disebutkan, saking panjangnya Supper's Ready dibagi ke dalam tujuh bagian. Sejumlah tema dari lirik yang dimiliki Genesis menyusup dalam tiap melodi yang dimainkan.
Bagi Odink, sang gitaris, malam pertunjukan tersebut terkesan menakjubkan. Walaupun beberapa kendala teknis ia temukan dalam permainan 2,5 jam di atas panggung minimalis dan multimedia yang alakadarnya.
"Ya kalau dibandingkan dengan dulu, jelas ramai dulu. Mungkin sekarang mereka sudah pada tua," kata Odink usai pertunjukan.
Pertunjukan ditutup dengan Cinema Show yang ditelurkan dalam album kelima dari kelompok musik yang telah berdiri sejak tahun 1969 tersebut.(ahy/lom)